Foto : Dox Wikipedia : Mahasiswa dan polisi bentrok pada Mei 1998.
“Jejak Aktivis”
Nasional, Sejarah – Pada zamannya memang kian Santer terdengar penculikan terhadap Aktivis Pergerakan Mahasiswa, karena mereka dinilai bakal merusak kelanggengan kekuasaan.
Pada zaman itu pula, tidak sedikit Aktivis pergerakan yang hilang bahkan wafat dalam memperjuangan hak Demokrasi dan menentang kekuasaan.
Meski begitu, Aktivis selalu dalam satu kesatuan dalam memeperjuangkan “Demokrasi” dan berkolaborasi dengan para Tokoh Ulama, Kaum Muda serta Masyarakat Sipil juga dalam memperjuangkan Kemerdekaan dan hak-hak kaum kecil yang tertindas.
Inilah 23 Orang Aktivis pada Tahun 1997-1998 yang diculik dan dilaporkan Hilang serta ada juga yang dibebaskan.
Dikutip dari WikipediA bahwa Penculikan aktivis 1997/1998 adalah penculikan terhadap Aktivis yang Pro-demokrasi yang terjadi antara pemilihan umum legislatif Indonesia 1997 dan jatuhnya Soeharto pada tahun 1998.
Penculikan terjadi dalam tiga tahap yang berbeda: sebelum pemilihan umum legislatif Indonesia pada Mei 1997, dua bulan sebelum sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Maret 1998, dan pada periode sebelum pengunduran diri Soeharto pada 21 Mei 1998.
Tidak satu pun dari mereka yang diculik pada periode pertama, namun ketiga muncul kembali.
Beberapa Aktivis yang diculik pada periode kedua telah berbicara secara terbuka tentang pengalaman mereka.
Selama periode 1997/1998, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) melaporkan bahwa 23 orang telah diculik oleh negara.
Dari 23 aktivis tersebut, satu orang ditemukan tewas (Leonardus Gilang), 9 orang dibebaskan oleh penculiknya, dan 13 orang lainnya masih hilang hingga saat ini.
Kesembilan Aktivis yang dibebaskan adalah:
- Desmond Junaidi Mahesa, diculik di Lembaga Bantuan Hukum Nusantara, Jakarta, 4 Februari 1998.
- Haryanto Taslam.
- Raharja Waluya Jati, diculik di RSCM setelah konferensi pers Yayasan Lembaga Bantuan Hukum KNPD, Jakarta, 12 Maret 1998.
- Pius Lustrilanang, diculik di depan RSCM setelah konferensi pers untuk Lembaga Bantuan Hukum di Jakarta, 2 Februari 1998.
- Faisol Reza, diculik di RSCM setelah konferensi pers di Jakarta, 12 Maret 1998.
- Nezar Patria, diculik di Rumah Susun Klender, 13 Maret 1998.
- Aan Rusdianto, diculik di Rumah Susun Klender, 13 Maret 1998.
8. Mugianto, diculik di Rumah Susun Klender, 13 Maret 1998.
- Andi Arief, diculik di Lampung, 28 Maret 1998.
Ke-13 Aktivis yang masih hilang tersebut merupakan anggota dari berbagai organisasi, seperti Partai Rakyat Demokratik, PDI Pro Mega, Mega Bintang, dan organisasi mahasiswa.
- Petrus Bima Anugrah, mahasiswa Universitas Airlangga dan STF Driyakara; hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998.
- Herman Hendrawan, mahasiswa Universitas Airlangga; hilang setelah konferensi pers Yayasan Lembaga Bantuan Hukum KNPD di Jakarta, 12 Maret 1998.
- Suyat, aktivis SMID; hilang di Solo pada 12 Februari 1998.
- Widji Thukul. penyair, aktivis Jaker; hilang di Jakarta pada 10 Januari 1998.
- Yani Afri, sopir, pendukung PDI Pro Mega pimpinan Megawati. Setelah bergabung dengan koalisi Mega Bintang untuk pemilihan umum 1997, ia ditangkap di Jakarta dan menghilang pada tanggal 26 April 1997.
- Sony, sopir. Dia berteman dengan Yani Afri dan juga pendukung PDI Pro Mega; hilang di Jakarta pada 26 April 1997.
- Dedi Hamdun, pengusaha, aktif dalam kampanye PPP dan Mega Bintang 1997; menghilang di Jakarta pada 29 Mei 1997.
- Noval Al Katiri, aktivis PPP; hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997.
- Ismail; hilang di Jakarta pada tanggal 29 Mei 1997.
- Ucok Munandar Siahaan, mahasiswa, diculik saat kerusuhan di Jakarta pada tanggal 14 Mei 1998.
- Hendra Hambali, pelajar SMA; hilang di Glodok, Jakarta, 15 Mei 1998.
- Yadin Muhidin, siswa Sekolah Pelayaran; ditangkap oleh Polres Jakarta Utara dan menghilang pada 14 Mei 1998.
- Abdun Nasser, kontraktor; hilang selama kerusuhan di Jakarta pada 14 Mei 1998.
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penculikan_aktivis_1997/1998
Editor : Aji Jurnalklik